Sejarah Desa

Cerita Rakyat (Sejarah Lisan) dibalik Berdirinya Desa Purwosari

Sejarah adalah salah satu unsur pembentuk karakter suatu masyarakat. Melalui sejarah masyarakat dapat mengetahui asal-usul atau identitas dirinya. Sejarah juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mengevaluasi diri dan mencari inspirasi, karena di dalam cerita sejarah itu terdapat suatu pesan (nilai-nilai keteladanan) yang dapat menuntun masyarakat untuk hidup lebih dewasa dan bijaksana.
Sejarah desa merupakan salah satu bentuk kisah sejarah, yang biasanya bersumber dari cerita tutur (sejarah lisan) yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dalam sejarah desa yang bersumber dari sejarah lisan ini biasanya memuat unsur-unsur mitos atau legenda yang dipercayai oleh masyarakat. Karena itu, dalam sejarah desa ini patut diperhatikan antara fakta sejarah yang objektif terjadi, dengan cerita mitos yang dipercayai masyarakat. Namun, dibalik itu semua, sejarah lisan ini juga dapat dilihat sebagai suatu bentuk kearifan lokal yang merupakan bukti kekayaan budaya bangsa ini.
     Salah satu kelemahan dari sejarah desa yang bersumber dari cerita tutur (sejarah lisan) adalah kisah sejarah yang ada dalam masyarakat dapat hilang dan terputus dari satu generasi ke generasi lainnya seiring dengan semakin hilangnya jumlah penutur (orang yang mengetahui kisah sejarah), serta tidak adanya pendokumentasian secara tertulis. Akibatnya, generasi selanjutnya dari masyarakat tersebut semakin memiliki pengetahuan yang minim tentang sejarah desanya. Untuk itulah pendokumentasian secara tertulis sangatlah penting, karena selain untuk melestarikan kisah sejarah yang ada, dokumentasi secara tertulis lebih mudah untuk dipublikasikan dan diakses oleh semua masyarakat.

Sejarah Desa Purwosari
Kendala utama saat menyusun sejarah Desa Purwosari ini adalah minimnya data atau informasi yang berkaitan dengan asal-usul serta proses sejarah berdirinya Desa Purwosari. Tersendatnya pewarisan cerita tutur antar generasi serta kurangnya perhatian dan pendokumentasian secara tertulis mengenai sejarah Desa Purwosari dirasa menjadi penyebab utama sulitnya mencari masyarakat yang mengetahui kisah sejarah dibalik berdirinya Desa yang memiliki dua perdukuhan ini.
Desa Purwosari terdiri dari dua dukuh, yaitu Dukuh Pakel dan Dukuh Sambikerep. Tidak diketahui secara pasti kapan dan bagaimana dua dukuh ini bisa bergabung menjadi satu desa. Namun diperkirakan bahwa bersatunya dua dukuh menjadi satu desa ini telah dimulai saat masa penjajahan Belanda, dan dilegalkan secara administratif saat Indonesia telah merdeka.
Dari minimnya data yang berhasil dihimpun, diketahui bahwa menurut kepercayaan dan cerita rakyat masyarakat Purwosari, sejarah berdirinya Desa Purwosari tidak dapat dilepaskan dari kisah Eyang Pundi Sari atau disebut juga Mbah Sari. Seperti hal nya sejarah lisan (cerita tutur) lainnya, sejarah Desa Purwosari pun masih bercampur dengan mitos. Cerita sejarah ini memang tidak sepenuhnya objektif karena belum terdokumentasi dan sumber sejarah yang terbatas.
Asal-usul Desa Purwosari diduga kuat bermula dari menetapnya Mbah Pundi Sari di Desa Pakel. Mbah Pundi Sari diyakini sebagai duta Mataram Islam yang ditugaskan untuk menetap di daerah Pati. Mbah Pundi Sari diduga mengemban misi politik dan agama dari Mataram Islam. Misi politik yang ditugaskan kepada Mbah Sari adalah untuk memastikan bahwa daerah Pati, termasuk daerah Pakel adalah bagian dari daerah kekuasaan Mataram Islam. Sedangkan misi agama merupakan bentuk dari usaha Mataram Islam untuk menyebarkan dakwah penyebaran agama Islam, khususnya keseluruh daerah di Pulau Jawa.
Ada yang percaya bahwa Mbah Pundi Sari sebenarnya berasal dari Tuban, Jawa Timur, namun beliau telah lama bekerja di kerajaan Mataram Islam yang kemudian  ditugaskan bersama pegawai kerajaan lainnya untuk meyebar di daerah Pati.

Dipercayai bahwa Mbah Pundi Sari wafat pada hari Senin Pon di Bulan Besar (Besar/Dzulhijjah). Pada tahun 2015 ini, Desa Purwosari akan mengadakan khaul (peringatan hari wafatnya) Eyang Pundi Sari yang pertama dengan maksud untuk mengenang, mendo’akan dan menghormati beliau.
Sedangkan di daerah Dukuh Sambikerep, dipercayai bahwa berdirinya Dukuh ini tidak dapat dilepaskan dari peran Mbah Gati, yang diyakini sebagai murid dari Sunan Muria. Seperti yang telah disinggung diawal, tidak begitu jelas kapan dan bagaimana Desa Purwosari didirikan menjadi sebuah desa hingga seperti saat ini. Namun, dapat disebutkan bahwa nama Purwosari ini berasal dari kata Purwo dan Sari, yang artinya: Purwo adalah pertama/yang pertama, dan Sari berasal dari nama Mbah Sari, yang dapat diartikan bahwa Mbah Pundi Sari merupakan orang pertama yang ditokohkan, serta berhasil membangun kekuasaan dan pemerintahan di Purwosari.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kepala Desa (Petinggi) Purwosari yang berhasil diketahui adalah:
1. Moroguno Bajang atau dikenal dengan Mbah Pensiun (karena jadi petinggi sampai pensiun/seumur hidup), yang merupakan Canggah/kakek buyut dari Petinggi (kepala desa) Purwosari saat ini, yakni Pak M. Teguh.
2. Mbah Kambiyo, yang merupakan anak dari Mbah Pensiun
3. Mbah Sastro Kasno
4. Podosuwoto
5. M. Zaeni
6. M. Teguh (saat ini menjabat periode yang kedua).
Diakhir tulisan singkat ini, penulis kembali ingin menggaris bawahi bahwa penyusunan sejarah Desa Purwosari ini masih sangat jauh dari kata “Baik”. Tulisan ini masih perlu banyak perbaikan dan penggalian informasi serta data-data historis yang lebih dalam lagi. Tulisan ini dimaksudkan sebagai langkah awal untuk mendokumentasikan sejarah desa yang awalnya hanya secara lisan turun-temurun disampaikan dari satu generasi ke generasi yang lainnya, yang bisa saja berubah sesuai dengan subjektivitas si penutur, atau dapat hilang seiring dengan hilangnya si penutur yang mengetahui sejarah desa ini.
Ketika telah terdokumentasikan, kisah sejarah yang ada akan bersifat lebih awet, terbuka dengan kritik, serta dapat diakses dan disebarluaskan kepada masyarakat luas. Sekali lagi, dalam kisah sejarah itu terdapat nilai-nilai keteladanan yang dapat membuat kita lebih dewasa dan bijaksana. Mengetahui sejarah leluhur kita adalah salah satu langkah nyata kita dalam meghormati diri dan jasa-jasa pendahulu kita.
Narasumber Utama:
Bpk. M. Teguh (Petinggi/kepala Desa Purwosari)
Terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan Sejarah Desa ini:
Pak Siswanto, Pak Suwono, Pak Kasimin, Pak Subito, teman-teman KKN TIM II Undip 2015 Desa Purwosari, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Disusun Oleh:
Ridwan Nanda Mulyana
13030112130038
Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya (FIB)

1 komentar:

  1. Jos lek..perlu gali sejarah lagi saya dengar dulu awal awal petingi ada di sambikerep tapi gak tau lagi siapa dan keturunan siapa...

    BalasHapus